Ancaman Islam di Eropa Barat telah berakhir dengan penandatanganan dektrit pengusiran atau Edict Explusion oleh Raja Ferdinan dan Ratu Isabella, pada 31 Maret 1492. Dektrit ini berisi dua ancaman. Pertama, pemberian diri Muslim untuk dibaptis agar tetap tinggal di Spanyol. Kedua, jika menolak dibaptis, maka harus meninggalkan Spanyol.
Benteng petahanan Islam terakhir di Granada akhirnya harus diserahkan kepada Spanyol dan kaum Muslim meninggalkan Andalusia menuju Afrika Utara (Ustmaniyyah). Kisah ini menandai akhir kejayaan Islam di Eropa setelah berkuasa delapan abad (Amstrong 200:4).
Setelah Islam benar-benar dibersihkan dari Eropa, maka tibalah saatnya Spanyol melakukan penjelajahan. Ratu Isabella mendanai Kristoforus Kolombus untuk bersama para pelayar Spanyol mencari dunia baru. Pada 12 Oktober 1492, Kapal Kolombus mendarat di Kepulauan Karibia (Republik Dominikana).
Negara tetangga Spanyol; Portugal sudah lebih dahulu melakukan penjelajahan. Penjelajah Portugal dipimpin oleh Bartholomeus Diaz. Mereka tiba di Afrika pada tahun 1486.
Kemudian pelayaran diteruskan oleh Vasco Da Gama pada tahun 1498 hingga mendarat di Goa, India. Dari India, Alfonso D’Alburqurque memimpin pelayaran hingga Malaka pada tahun 1511. Pelayaran diteruskan hingga Timor pada tahun 1515 (Leu, 1997:2).
Konsep kuno tentang bumi yang datar turut memengaruhi pemikiran orang-orang Spanyol dan Portugis. Pada tahun 1521, Armada Spanyol bergegas dari Meksiko meneruskan pelayaran ke arah Barat dan mereka mendarat di Filipina kemudian meneruskan pelayaran ke Maluku. Di sana mereka menjumpai Portugis.
Persaingan kedua negara ini untuk merebut rempah-rempah berlangsung sengit. Akhirnya berkat bantuan Kerajaan Tidore dan Ternate, Spanyol dipukul mundur kembali ke Filipina pada tahun 1521.
Spanyol dan Portugis menyelesaikan sengketa koloni di meja perundingan dengan menghasilkan Perjanjian Zaragoza. Isi perjanjian itu adalah bahwa bumi dibagi menjadi dua bagian. Wilayah Timur, dari Brazil hingga Timur Jauh, milik Portugis dan wilayah Barat dari Meksiko hingga Filipina, milik Spanyol. Perjanjian ini ditandatangani pada 22 April 1529.
Namun, sejak tahun 1521, Spanyol sudah menduduki Filipina dan resmi meninggalkan Maluku pada tahun 1529. Sejak saat itu, Spanyol memfokuskan diri pada Filipina dan Amerika Latin, kecuali Brazil. Di samping perebutan wilayah jajahan, kedua negara ini menaburkan juga benih-benih Injil di daerah yang dikuasainya.
Filipina pada tahun 2021, merayakan 500 tahun masuknya Katolik di negaranya. Meskipun demikian, wilayah Filipina belum semuanya Katolik sebab, sebelum Spanyol, Manila (Amanilah: di bawah perlindungan Allah) merupakan basis Islam.
Namun setelah dikuasai Spanyol, Filipina mengalami pembersihan dari budaya Islam. Kaum Muslim kemudian melarikan diri dan bermukim di bagian selatan Filipina.
Gereja Katolik Filipina dimulai dengan pembaptisan 800 orang Cebu menjadi Katolik. Pada minggu Paskah tahun 1521, perayaan Ekaristi pertama di Filipina.
Perkembangan Gereja Katolik di Filipina berjalan baik hingga pada tahun 1595, Spanyol mendirikan Provinsi Gerejawi pertama di Filipina.
Pada tahun 1610, Bunda Maria menampakan diri di Manawak Filipina. Penampakan ini dialami oleh seorang petani yang melihat puncak pohon bercahaya dan melihat Bunda Maria memegang rosario dan kanak-kanak Yesus. Di tempat penampakan tersebut, kini didirikan basilika Sta Maria Manawak.
Setelah 500 tahun gereja Katolik, presentase umat Katolik Filipina mencapai 80% dari total penduduk dan sisanya adalah Protestan dan Islam di selatan. Filipina dua kali dijajah. Pertama oleh Spanyol di mana warta Katolik berakar hingga hari ini, kedua oleh Amerika Serikat dan membawa ajaran Protestan dan kini sebanyak 12% dari populasi. Filipina menjadi negara Asia dengan jumlah umat Katolik terbanyak setelah Timor-Leste.
Meskipun menjadi mayoritas, Filipina perlahan-lahan mengalami kelesuan iman. Sukalarisasi sudah mendera Negeri yang dipimpin Duterte. Bahkan Presiden juga mencap Gereja Katolik sebagai biang korupsi.
Pada kesempatan lain ia mengkritik para uskup yang mendapat hadia mobil ketika merayakan ulang tahun. Tentang perayaan 500 tahun Katolik, Duterte menolak merayakannya sebab itu sama saja dengan merayakan kolonialisme.
Selain itu, jumlah umat yang menghadiri gereja semakin menurun. Yang masih setia adalah kamu lansia. Pengaruh sekularisme juga berdampak pada pergaulan kaum muda Filipina di mana penjualan alat kontrasepsi ada di mana-mana.
Penghayatan iman Katolik kini menurut dan akankah Gereja Katolik masih bertumbuh setelah 500 tahun. Selamat Merayakan 500 Tahun Gereja Katolik di Filipina