Kesopanan dalam Gereja

2

Selasa, 10 Agustus 2021, saya mengikuti misa di sebuah kapela. Letak kapela ini terletak lumayan jauh dari rumah. Butuh sekitar 15-20 menit untuk mencapai kapela menggunakan mobil. Kapela itu bernama Nuestra Señora del Pilar.

Sesampai di kapela itu, beberapa teman seksi Liturgi mempersiapkan Misa. Saya melihat beberapa anak muda sedang beres-beres alat music untuk mengiring misa. Singkat kata, Misa siap di rayakan.

Orang-orang mulai berdatangan. Kebanyakan yang datang adalah orangtua. Termasuk seorang bapak yang datang setelah lagu pembuka ini. Umur pria ini sekitar 35-40 tahun. Baiknya, dia datang bersama seorang anak laki-laki yang tampaknya adalah anaknya dan langsung menempati kursi kosong yang ada di depannya.

Awalnya saya mengikuti Misa itu dengan tidak terganggu situasi. Namun, kedatangan bapak ini cukup mengganggu perhatian saya. Dia datang langsung merogoh handphone di sakunya kemudian mengambil gambar menggunakan kamera depan. Seperti mengabil gambar ala swafoto alias selfie, hasil pengambilan gambarnya adalah mukanya kemudian orang-orang yang di belakangnya.

Setelah itu, ketika pemusik dan penyanyi melantunkan lagu, bapak muda yang berpakaian hitam ini selalu merekam dengan smartphone-nya itu. Kesadaran akan tingkah bapak ini yang merekam para pemusik dan penyanyi menyanyikan “Kudus”. Sejak lagu “Kudus”, kesadaran saya selalu tertuju padanya.

Setelah lagu “Kudus” adalah “Konsekrasi”, di mana roti dan anggur diubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Situasinya semua orang berdiri, kecuali bapak ini saja yang tetap duduk. Dia duduk tanpa menghormati apa yang sedang terjadi di altar. Dari tempat saya berada, saya bisa melihat dengan jelas apa yang sedang bapak itu lakukan.

Ketika konsekrasi, saya melihat, dia sibuk membuat story di whatsapp menggunakan video lagu “Kudus” yang direkamnya tadi. Ada juga dia sibuk menggerakan jari untuk scroll beranda facebook, memperhatikan chatting-an di messanger, dan beragam kegiatan tidak jelas lainnya.

Saya pribadi sangat terganggu dengan peristiwa itu. Bagaimana tidak, ketika pater mengangkat roti dan anggur untuk dikonsekrasi, mata saya selalu terpancing untuk melihat apa yang sedang dilakukan bapak tersebut. Dan, pikiran negative pun langsung menyelinap masuk dalam otak tentang bapak itu dan tentu sangat mengganggu saya.

Peristiwa ini sangat menyayat hati. Sebab tidak ada penghormatan dalam Misa terlebih ketika Konsekrasi berlangsung. Konsekrasi adalah momen kudus yang harus dijaga oleh setiap umat Allah yang hadir dalam Perayaan Ekaristi baik dalam sikap batiniah maupun sikap lahiriahnya.

PUMR 43 memberikan petunjuk soal bagaimana sikap kita ketika konsekrasi berlangsung:

Umat berlutut pada saat konsekrasi, kecuali kalau ada masalah kesehatan atau tempat ibadat tidak mengijinkan, entah karena banyaknya umat yang hadir, entah karena sebab-sebab lain. Mereka yang tidak berlutut pada saat konsekrasi hendaknya membungkuk khidmat pada saat imam berlutut sesudah konsekrasi (PUMR 43).

Poin PUMR 43 ini menujukkan sikap lahiriah dari umat beriman ketika konsekrasi berlangsung, yakni berlutut. Tetapi jika yang bersangkutan tidak bisa berlutut karena lumpuh atau juga karena tidak memiliki tempat berlutut, maka mesti membungkuk dengan khidmat.

Akan tetapi, secara umum, kita sebagai umat beriman patutlah menjaga kesakralan Perayaan Ekaristi. Perayaan Ekaristi adalah suatu perayaan utuh dari awal hingga akhir. Maka sikap dalam Perayaan Ekaristi mesti dijaga dengan baik agar kesakralan itu terjaga dan juga tidak mengganggu anggota komunitas yang lain.

Selain itu, di momen pandemic yang mengancam kehidupan kita, ketika Misa sangat sulit dirayakan bersama sehingga hanya segelintir saja yang bisa mengikutinya, maka kita yang bisa hadir ini perlulah menanamkan rasa solidaritas terhadap mereka yang tidak bisa hadir. Bila kita bisa hadir dalam Perayaan Ekaristi, penting untuk menjaga sikap kita, mendoakan dunia yang sedang sakit, mendoakan mereka yang tidak dapat hadir. Bukannya malah sibuk dengan handphone.

Yah, kura-kura begitulah.

 

mario f. cole putra, cmf

Komentar
Loading...

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More