Sejarah dan Profil Kapela Stu. Antonius Padua Fatumetan
Guru Agama Kapela :Laurensius Kollo
Jumlah KUB: 4
Ketua Dewan Kapela : Martinus Nino
Jumlah umat :70 KK/ 309 jiwa
Warga kampung Fatumetan atau Batu hitam ini berasal dari Oekusi. Sama seperti penghuni Boentuka. Sudah dua generasi mendiami kampung yang dikelilingi oleh kelapa, pisang dan padi sawah ini. Agama katolik masuk ke sini melalui umat katolik Boentuka. Orang tua yang pertama-tama masuk katolik adalah Yakobus Fallo. Bapa yang kemudian harus berjalan sejauh 6 km agar bisa berdoa dan belajar agama di Boentuka ini, merasa terdorong untuk masuk katolik karena terkesan oleh bantuan doa seorang katolik. Bapa Yakobus Falo masih ingat baik bagaimana jalannya dia masuk agama katolik. Demikian ceriteranya:
“Beta punya bini Betsi Kolo sakit berat. Tempo itu kami masih di agama protestan. Beta minta sama utusan Lasarus Lim datang berdoa ke kita punya rumah. Tapi dia kermanakah, sonde mau datang ke kita. Dalam keadaan susah beta datang menghadap sama bapa Salomon Kolo. Sebelumnya dia masuk gereja RK. Sonde lama istri beta sembuh memang. Beta rasa dalam hati hal ini sebagai tanda dari Tuhan. Lalu beta dengan beta punya istri masuk gereja RK. Kemudian baru utusan datang tembus dan tuduh sama beta pada itu pak tuan Domine Middelkoop di Soe. Sonde lama juga surat dari pak domine “kaes muti” (= orang bule) datang buat beta.
Harus menghadap. Beta rasa takut betul menghadap pak orang Belanda, yang badannya besar. Tapi beta pigi berani hati sa, beta mau bela diri. Sampai ke rumahnya pak domine Tanya sama beta:
“Bapa masuk agama RK karena kekurangan apa di gereja protestan?”
Beta bilang: “Ya, pak tuan. Beta punya bini sakit mau mati. Utusan sonde mau datang kasih doa sama beta. Jadi beta minta seorang Jemaat RK kasih doa buat kita. Dan bini sembuh memang, sonde tunggu tempo lagi.”
Tuan kaes muti tunduk sebentar dan piker kermana lalu suruh beta taruh cap jempol di kertas. Karena takut, beta sonde mau, apalagi kita sonde tahu maksud apa? Tuan itu janji panggil beta lagi. Juga Neon Tali dipanggil taruh cap jempol.”
Salomon Kolo merupakan salah seorang Pendiri agama katolik. Orang yang bertogok kecil ini, sifatnya pendiam tapi penuh energi. Waktu ibunya meninggal, Utusan Injil protestan tidak datang. Maka Zakarias Neon Tali dimintakan datang mendoakan almarhumah ibunya. Pada akhirnya utusan datang juga tapi terlambat. Apa terjadi? Percecokan besar pada hari itu. Salomon tidak gentar. Keluar dari agama protestan dan masuk katolik. Kemudian bapak jebolan Sekolah Rakyat tiga tahun di Lalip ini, dipilih menjadi guru agama pertama.
Orang-orang Beunsila, baik pria maupun wanita yang mudah dikenal karena bekas tatuage pada dagu, umumnya masuk katolik karena terdorong oleh rasa hormat terhadap leluhur mereka di Oekusi yang sudah sejak dahulu kala berkeyakinan katolik. Manurut para saksi yang kini masih hidup mengatakan bahwa tidak mudah masuk katolik di wilayah “pah meto” yang kering-kerontang dan kaya batu karang ini. Sebab harus bisa menahan ancaman, sindiran dan kemarahan dari pihak lain yang merasa peta agama ciptaan VOC harus masih tetap dipertahankan di wilayah ini.
Sampai tahun 1954 umat Fatumetan bergabung dengan umat Boentuka. P. Kersten dari Kupang, waktu pertama kali mengunjungi daerah ini, merayakan kurban misa di Boentuka. Sesudah tahun 1954 pastor Lecho mulai datang juga ke Faumetan. Tempat ibadat dipindahkan dari puncak bukit bernama Pope ke tempat rata bernama puah ana, yaitu kira-kira pada tempat kapela sekarang, antara kali Fatumetan dan jalan raya Soe-Kupang.
Kapela pertama merupakan kapela mini. Begitu mininya sehingga kalau pastor mau berbaring di kapela, semua orang harus keluar. Jumlah umat barusan dua puluhan. Simpatisan yang ingin masuk mendapat banyak sorotan dari Pentekosta yang duluan berkembang di sana. Mengingat masa depan gereja, maka pastor mengusahakan agar orang tua merelakan anaknya sekolah pada sekolah katolik di SoE. Orang tua yang tidak mengerti rencana pastor terpaksa melepaskan anaknya dengan segala berat hati.
Mengenai sejarah kapela Fatumetan yang kini umatnya berjumlah 187 orang, bisa dicatat juga peristiwa-peristiwa kecil yang sebenarnya tidak perlu terjadi antara anggota masyarakat beragama. Misalnya pada tahun 1968, Yusuf Neolaka mengecam agama katolik bahwa tidak baik dank arena itu harus dilenyapkan. Kecaman tanpa dasar. Kenyataan lain. Selama masa jaya-jayanya PKI, tidak seorang katolikpun yang terlibat dalam gerakan komunis. Sebaliknya ada. Sesudah G.30.S. Daniel Pani, guru SD GMIT dihabiskan nyawanya karena komunis. Pertengkaran, adu mulut, sindir-sindiran terhadap golongan agama lain terakhir terjadi pada tahun 1970. Seorang saksi menceritakan:
“Kami berkumpul untuk menguburkan seorang ibu protestan di Kniti. Sesudah penguburan wanita-wanita berbicara tentang agama katolik sambil tertawa-tertawa:
“Mareka waktu “tok – tolas” (perjamuan), membuka mulut, sehingga lalat masuk di mulut.” Semua terbahak-bahak.
Saya malu mendengar ejekan itu. Saya sampaikan hal ini kepada guru Lambert Laka. Guru memanggil orang-orang itu dan menanyakan:
“Siapa berbicara demikian?”
“Kami tidak tahu,” jawab ibu-ibu menyangkali guru yang alimnya lebih dari pada pastor. Saya tidak diam. Saya tunjuk ibu-ibu itu. Orang-orang katolik pada marah. Malahan beberapa pemuda katolik yang tidak dapat menahan dirinya terus melabrak mereka. Baru mengaku: “Betul, kami bohong!” Sejak itu setiap golongan berusaha hidup berdampingan secara damai dengan golongan lain. Nama pelindung masa kini adalah Stu. Antonius Padua.
Sumber : UMAT ALLAH PAROKI SOE 1953 – 1978 Oleh P.V. Lechovic, SVD – P. Stefanus Mite, SVD